09 Oktober 2012
04 September 2012
- 15.31.00
- Unknown
- No comments
http://wib711.multiply.com/journal/item/812/Kopdar-Terakhir-sebelum-Mulpid-Down
Mari Persiapkan Diri, Sebelum Kiamat Tiba
http://fightforfreedom.multiply.com/journal/item/99/Mari-Persiapkan-Diri-Sebelum-Kiamat-Tiba
25 Agustus 2012
- 09.05.00
- Unknown
- No comments
Aku Ingin Hidup Seribu Tahun yang Lalu
bagi mereka yang suka menyembunyikan petaka
tanpa disadari
ada hal lain yang mengganjal kepala
kemudian menyulut api menyala membakar kota
hangus menjadi kebusukan yang memenuhi dunia tua ini
kebodohan adalah hal lumrah saja
bagi mereka yang tercuci otaknya pada televisi
mengagungkan keindahan semu pada layar dan fenomena
tanpa mereka sadari
menciptakan bara senyala neraka tiada diperhitungkan olehnya
kemudian membakar habis sampai sisasisa mulut mereka
dunia tua ini siapa yang peduli lagi nasib orang lain
yang mereka tahu adalah bagaimana mengenyangkan perut dan nafsu kepuasan diri
o mengapa aku hidup pada dunia yang mengerikan ini?
Jakal KM 14 Jogja, 03 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
* Pict from here.
Masuk antologi Ukara Geni - Wuyung Ketundhung, Pawon Sastra Solo, 16 Juli 2012
02 Agustus 2012
- 20.12.00
- Unknown
- No comments
Sebatas Angan dan Mata
ketika rasa itu benarbenar pergi darimu
ketika aku pun lelah mengurai tanda tanya segitiga semu
memang hanya sebatas harap
lelah juga pada akhirnya
mungkin juga yang kau butuhkan adalah seperangkat perhiasan berkilau
dari pada melihat wujud seorang penggila
meski engkau menolak anggapan itu
terlihat jelas di depan mata
cinta sebatas mata dan situasi
sungguh tidak indah kisah ini
aku tak mampu lagi menyerap lukaluka
cukup sebatas angan saja
cinta ini bersarang
meski jua merindukan
namun seperti yang pernah tertulis bahwa ada hal yang lebih baik dan penting
cukup sebatas mata saja
engkau mempermainkan perasaan
meski jua sakit merelakan
kesetiaan dan apa adanya itulah hal yang penting
Jakal KM 14 Jogja, 03 Agustus 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/08/sebatas-angan-dan-mata.html
08 Juli 2012
- 11.56.00
- Unknown
- No comments
seperti hari yang sudahsudah
adalah resah yang ada
yang ditikam derita
oleh sebab ia sendiri menduga yang ada
dilintas pikir saja
beban tanpa jauh menolak kulit yang asing
mengejar sendiri kereta malam yang ia jaga
seperti hari yang sudahsudah
adalah geram yang ada
yang memicu kosong jiwa dan kata
oleh sebab perut yang kempes ia mengadu pada siapa
di hujan yang pintas membasahi kota
kemana ia berpendarkan cinta dan cita yang pesing
hari makin beranjak ia masih tekun menggali rumah masa depannya
lubang ini akan menjadi tempat yang nyaman
bukan di dunia ini
aku gila dan tamparlah aku berkali
sebab ada hidup yang lebih terjal menungguku datang
Jakal KM 14 Jogja, 08 Juli 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/07/hidup-yang-terjal.html
07 Juli 2012
- 20.53.00
- Unknown
- No comments
Oleh : Mustofa Bisri
Kalian sibuk mengujarkan dan mengajarkan kalimat syahadat
Sambil terus mensekutukan diri kalian dengan Tuhan penuh semangat
Berjihad di jalan kalian
Berjuang menegakkan syariat kalian
Memerangi hamba hambaNya yang seharusnya kalian ajak ke jalanNya
Seolah olah kalian belum tahu bedanya
Antara mengajak yang diperintahkanNya
Dan memaksa yang dilarangNya
Kalian kibarkan Rasulurrahmah Al Amien dimana mana
Sambil menebarkan laknatan lil'aalamien kemana mana
Ada apa dengan kalian?
Mulut kalian berbuih akhirat
Kepala kalian tempat dunia yang kalian anggap nikmat
Ada apa dengan kalian?
Kalian bersemangat membangun masjid dan mushalla
Tapi malas memakmurkannya
Kalian bangga menjadi panitia zakat dan infak
Seolah olah kalian yang berzakat dan berinfak
Kalian berniat puasa di malam hari
Dan iman kalian ngeri
Melihat warung buka di siang hari
Kalian setiap tahun pergi umrah dan haji
Tapi kalian masih terus tega berlaku keji
Ada apa dengan kalian?
Demi menjaga tubuh dan perut kaum beriman dari virus keharaman
Kalian teliti dengan cermat semua barang dan makanan
Bumbu penyedap, mie, minyak, sabun, jajanan.
Rokok dan berbagai jenis minuman
Alkohol, minyak babi dan nikotin adalah najis dan setan
Yang mesti dibasmi dari kehidupan
Untuk itu kalian
Tidak hanya berkhotbah dan memasang iklan
Bahkan menyaingi pemerintah kalian
Menarik pajak produksi dan penjualan
Dan agar terkesan sakral
Kalian gunakan sebutan mulia, label halal
Tapi agaknya kalian melupakan setan yang lebih setan
Najis yang lebih menjijikkan
Virus yang lebih mematikan
Daripada virus alkohol, nikotin dan minyak babi
Bahkan lebih merajalela daripada epidemi
Bila karena merusak kesehatan, rokok kalian benci
Mengapa kalian diamkan korupsi yang merusak nurani
Bila karena memabokkan, alkohol kalian perangi
Mengapa kalian biarkan korupsi
Yang kadar memabokkannya jauh lebih tinggi?
Bila karena najis, babi kalian musuhi
Mengapa kalian abaikan korupsi
Yang lebih menjijikkan
Ketimbang kotoran seribu babi
Ada apa dengan kalian?
Kapan kalian berhenti membanguan kandang kandang babi
Di perut dan hati kalian dengan merusak kanan-kiri?
Sampai kalian mati dan dilaknati?
@2012 ?
- 20.47.00
- Unknown
- No comments
Teruntuk malam yang dingin, engkau meretakkan kenangan yang telah berkeping. Menuju gelap menuju kekal. Sebuah perjalanan sunyi yang tiada habisnya.
Tersebab engkau pula, purnama yang bersinar terang di mataku. Adakah jalan sunyi pula di dadamu? Atau hanya semu belaka?
Oh purnama..
Mengapa hatiku kacau begini.
Adakah senyummu tiada pasi
Adakah dingin yang menyuburkan imaji
Adakah kelam yang membuai
Adakah sunyi lagi di ruang hatimu
Adakah bait-bait di halaman hatimu lagi?
Oh purnama..
Jakal KM 14 Jogja, 08 Juli 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/07/oh-purnama.html
28 Juni 2012
- 21.20.00
- Unknown
- No comments
Larik Getir
yang aku
suka dan ketika matahari berputar
melewati bumi
aku benci angkaangka
serta perjalanan asing
yang aku
kubur dalam cangkircangkir imajinasi
aku tukar
dengan segepok kematian
berulangulang
tasbih derita
dan peluh yang kesah
kasat juga engkau raba rinduku
Jakal KM 14 Jogja, 29 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/larik-getir.html
09 Juni 2012
- 20.09.00
- Unknown
- No comments
Rindu Gila
yang mengurung pada gelap malam sembunyi
diri juga berpayah susah
mencaricari bayang atau menantinya
saat matahari terbenam dalam almari
hati terpisah menyeruak getir basah
oleh hujan berpasrah diri
kacakaca pecah
oleh rindu berlagu sendiri
seperti menggilai boneka kesayangan yang patah
ia mesti gila
sebab hurufhuruf dan katakata akan mengalir menjadi kalimatkalimat
atau baitbait hujan dan rindu
ia mesti mencari petaka
sebab daundaun langit akan memancarkan pelangi hangat
yang menumbuhkan senyum dan sederet kenangan yang menggebu
sepi adalah kegilaan yang ia rasakan
sunyi adalah teman sebaya dalam pencarian atau pengembaraan yang jauh sungguh
Jakal KM 14 Jogja, 09 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/rindu-gila.html
- 02.14.00
- Unknown
- No comments
embun telah meretas
pada pagi yang hitam
semendung kopi mengampas
setia pada perjalanan yang melelahkan
embun telah berjelaga
pada pagi yang menghiba
serona jingga senja kala
melukis diri kesetiaan pada jalanjalan sunyi purba
seperti tidur panjang sebuah arca
embun telah menguap
seperti pula janji yang menguap
bias air menyamarkan rona pelangi senja
diantara lelaguan dan puisi yang tumbuh secara akar dan merambati seluruh jiwa
ia berkelana sendiri menuju dungeon tua
merentangkan nasib pada jalan batu
sekeras baja
namun ia memancarkan windwalk berlari kencang dan jauh
sebuah pelarian lama
dan kolamkolam darah
bersimbah hurufhuruf
dalam dungeon tua ia memahat sendiri ribuan roh dan monster yang ia jumpai
bertunaslah embun
senyala api neraka pada kuil senja
ia mengekal bersemayam dalam dunia asing
dunia api dan darah air mata
suatu saat pasti ada yang mencari word tresure
pada manusiamanusia mujur
pengembara dunia jauh dan asing
sungguh dunia hitam yang paling
memancarkan aura gelap dan anyir darah
berbalut dengki api menyala matanya
memanggilmanggil empu pembuat
namun ai akan setia pada manusia baru yang dikenal dan berkuasalah pada sebuah kekuatan
kekuatan purba yang menakjubkan
lantas embun masihkah bertunas dan meretas?
seperti dahulu kala
Jakal KM 14 Jogja, 09 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/old-dungeon-word-treasure.html
08 Juni 2012
- 20.10.00
- Unknown
- No comments
bertautan berkali
mati sendiri akhirnya
pucukpucuk mimpi dan sunyi
menggelembung kekal seperti balon udara siap terbang berkelana
udara utara
ia berjalan kembali
bersakit meski
mati pula nantinya
geregetan melihat rona pelangi suka mempermainkan hati
atap bocor air hujan turunlah memenuhi gelembung maya
diujung perjumpaan
oleh sebab ketiadaan ia menghilangkan jejakjejak yang sempat tertaut mimpi
beranda hampir musnah sekali
ketika mengingat bayang itu mencabik luka
temaram semakin gelap dan tersamarkan oleh nyali
ketakutan dan kekawatiran menjadi hidangannya
udara semakin keruh oleh katakata
tulisan dan namanama yang terpampang pada bukubuku tebal berhalaman rapi
tertekan oleh maut yang mengintai
derap darah yang membercak kentara
sendirian ia akan mengarungi halamanhalaman sunyi
mencoba halhal yang belum terpikirkan dan termimpikan olehnya
sebab udara kian jauh bila tak harus bersua
oh, kotak ini terkunci rapat sekali
sudah cukup perjumpaan ini
wajahmu pasi hai purnama
masih ada sisa waktu dan nafas dalam perjalanan nanti
boleh aku berpamitan sejenak, merampungkan hening rindu dan katakata
disisa malam berangkatlah mencari sekerat daging yang terpisah dari jiwa
dan angguranggur memabukkan jati diri, o malam dingin begini
Jakal KM 14 Jogja, 08 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/elegi-mimpi-rindu-dan-perjalanan-yang.html
03 Juni 2012
- 01.20.00
- Unknown
- No comments
Masa Kecil, Bermain di Rumah Nenek
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/masa-kecil-bermain-di-rumah-nenek.html
02 Juni 2012
- 23.21.00
- Unknown
- No comments
ia memerlukan pemahaman yang jauh
berlari meski jauh
berdiri meski terjatuh
ada bunga bermekar sendiri
bersenandung saat mentari menyelesaikan ritual suci
mengubur malammalam sunyi
menampakkan risau pada embun pagi
terangi, terangi kami
o matahari
bunga ini tumbuh tanpa rindu yang kupatri
di hatinya memendam elegi
semacam mawar berduri
risau diri
membunuh juga lamalama kupendam duriduri ini
o hati yang malang
engkau tercabik pada hal yang terbuang
simpan resah dan air mata untuk kehidupan yang akan datang
pada sebuah perjalanan yang belum tertuntaskan
Jakal KM 14 Jogja, 03 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/menyimpan-resah.html
- 00.52.00
- Unknown
- No comments
masih kuingatingat tentang sebuah pertemuan
kami para blogger jagat maya
menjabat tangan masingmasing dan memperkenalkan sebuah nama
tawa dan canda
"hey lihat rusa itu"
kini sudah gemuk ya taman ini?
kolamkolam ikan luasnya
berdiri patung di tengah
kami rajin bersua dan bercanda
apa saja kami lahap dengan tawa
berbagi rindu dan bertukar kepala
ada kenangan menggantung ingatan di kepala
pada wajahwajah berseri
aku merindukan suasana seperti dulu
kami bercakapcakap tentang cerita yang kami miliki
jam berputar waktu berlalu
dimana mereka sekarang, kawan blogger solo raya
balekambang, namamu masih kusimpan dalam memori
berkat engkau aku menemu keceriaan hidup dalam kebersamaan
menyatukan hati dan misi
betapa indah kenangan ini
aku merindukan mereka, aku merindukan pertemuan
Jakal KM 14 Jogja, 02 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/balekambang-sebuah-pertemuan.html
01 Juni 2012
- 01.45.00
- Unknown
- No comments
Adalah Cahaya
riwayat yang hilang
dan setumpuk catatan usang
menggenangi mata
berserakan
di manamana
kertaskertas dan abu bekas
pemujaan semalam
tentang dunia ilusi
yang melenakan
ruang yang dalam, terdalam
membekukan yang pasti
batubatu bersimbah tinta
mengarsir sendiri pada nganga luka
jangan engkau mengaburkan
semua ada catatan
meski
tiada berguna lagi
kini
namun mungkin nanti ada saatnya membuka kembali
sejarah dan riwayatriwayat itu
setelah sekian tahun terpendam
dalam tanah liat dan kegersangan gurun berpasir darah
adalah cahaya
kembali pada jalan masingmasing
guna menghisap dosa dan kesalahan
persembahan tak akan siasia
meski telah dicampakkan
karena kita manusia
kita manusia
manusia
adalah cahaya
membekukan dan mencairkan
setiap kenangan adalah makna
saling bercerita satu sama lain
apakah yang kau punyai selain cinta yang semu belaka
dan apa pula yang aku bisa selain kesetiaan tiada tara
meski pula terkalahkan
adalah cahaya
ketika rindu bersenggama dengan sunyi
haha. dia tertawa bak pemenang lotere hari ini
bukan apaapa kok ini
mungkin hanya bualan saja
tak perlu ada usap derai air mata atau malah menertawakan kebodohan diri
menganggap dia ada rasa cinta
padahal bukan
padahal bertolak belakang
apa yang kamu pikirkan?
apa yang kupikirkan?
hah
adalah cahaya
seumpama rumput itu berhenti bergoyang
buat apalagi tumpahan cerita
siasia
kubuang saja dalam tong sampah
biar membusuk lekas
duka yang luas
luka yang panas
lekas
lekas bias
adalah cahaya
kembali membekukan kenangan dan air mata
keheranan aku
matahari tiada lelahnya menertawakan kesendirian
boleh aku pinjam bahumu
sejenak saja
ada racun di mataku
silau dan bercak
ku bisa tenggelam lagi
ah. robek saja mukaku
aku tak pernah mati
menyertaimu dengan segumpal kesetiaan
Jakal KM 14 Jogja, 01 Juni 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/06/adalah-cahaya.html
31 Mei 2012
- 21.28.00
- Unknown
- No comments
30 Mei 2012
- 17.44.00
- Unknown
- No comments
Setiaku Bertali Rindu
semakin terasa detikdetik luka yang menganga pada sekujur jiwa
semakin mendera apa yang kuliat dan kurasa
kuncup bunga tak lagi bermekaran
di pekarangan yang kujaga
selalu bergelombang melambai matahari
meminta hujan
merindu tarian senyum yang engkau tawarkan
namun semakin sesak dada ini
dimana lagi kuncup bunga bermekar
dimana lagi kucari senja yang membakar
kopikopi masih setia
untuk dijadikan bumbu cumbu luka
semakin tangis dagingku
semakin gerilya mendung lamat mencari celah dahaga
semaku kuresapkan diri pada kerasnya perburuan jelaga
mekarlah kau bunga
meski tiada lagi senyum untuk diri
ada hal lain yang mungkin engkau inginkan
segeralah bertunas menjadi bintang di cakrawala kata
meski pula tiada kehadiran sosok diri
ada hal lain memang yang memang harus kau inginkan
dan harihari makin kusesap mendalam
kian mengharukan dan gelisah tak tertahan
semoga hanya kiasan saja dalam perjalanan
setiaku bertali rindu padamu, semoga tidak engkau lupakan
kepingan biarlah menjadi satuan dalam perjalanan panjang
Jakal KM 14 Jogja, 30 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/setiaku-bertali-rindu.html
29 Mei 2012
- 12.47.00
- Unknown
- No comments
Hati dan Belati
dia
sudah sempurna
dan tidak pantas pada kesendirian
mengalah aku
pada waras embun pagi yang tetap tegar berdiri
dia
dia
begitu sempurna
dan tidak boleh terluka pada kecacatan
pada hitam tiada tahu kapan bersinar seperti yang diingini
menginginkan hati
soresore begini
pada wajah berpola misteri
dan hati
di mana kau sembunyikan rindu pagi
menginginkan belati
soresore begini
pada hujan lama sekali
tiba di garis bujur jemari
kemana hai kemana lagi kau pijakkan mentari
Jakal KM 14 Jogja, 29 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/hati-dan-belati.html
28 Mei 2012
- 22.40.00
- Unknown
- No comments
Darting Serpent
ketidakberdayaan yang ada
semakin membuat lunglai
darting serpent menikam katakata
dan mati perlahan
ada semacam gurat samar
diberanda yang tercemar
sungguh tidak ingin kehilangan tenaga
bilamana harus kudekap sendiri sisasisa rindu berkeping
racunnya menyerap kata
racunnya menyerap luka
biar subuh nanti menguap sendiri
embun adalah teman yang baik selama ini
dan mentari menghangatkan tenaga yang terluka
masih bertahan dengan segala keangkuhan
Jakal KM 14 Jogja, 29 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
* Pada sebuah dini hari yang dingin. Habis cerita atau semakin membuatku tertantang untuk mendapatkan sumber insiprasi yang baru. Semoga angin masih berhembus. Aku masih bernapas.
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/darting-serpent.html
- 20.50.00
- Unknown
- No comments
O, Luka
di kepalaku
dan mendayu
seperti pantai
di pelupuk hatimuyang mengombakkan rindu
dan
hatiku
o, kiranya bukan tentang luka
dan temaram sunyi lagi
sekedar memancing katakata keluar
dari mulut yang terbakar
awan biru menggumpal
didadaku
dan mempermainkan
sesukanyakelebat wajah dan rindu
yang mengapung pula
didasar hatitak menjadikan cinta yang sempurna
untukku?
o, luka
derai wajah yang mungkin lama terhapus
dari memori yang hangus
terbakar amarah seorang pengelana
Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/o-luka.html
- 19.50.00
- Unknown
- No comments
Sebuah Perjalanan
kemudian makin lenyap dimalam sunyi
duh, kemana sisa rindu itu
tangkai bunga melayu dan merapuh lebih dulu
tercekat sendiri
menilik dan menghitunghitung garis
sebab ada halhal mengacaukan pikiran ini
namun masih ada sisasisa ruang untuk memungut kenangan manis
meski pula engkau memilih jalan sendiri
tak mengapa, ada banyak hal yang bisa dipetik
sebab pula garis memang berbeda yang kita jalani
ada halhal yang lebih penting dari sekedar urusan cinta yang pelik
so, the journey's still continues..
Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/sebuah-perjalanan.html
25 Mei 2012
- 17.03.00
- Unknown
- No comments
Wajahmu Menggelisahkan Hati
bersemayam kalbu hijau seperti rumput liar
di semak belukar
semakin subur dan mekar
hujan mengecatnya
itukah wajahmu
sendu biru di rona batas
bulir rindu mengampas
namun terparkir di hati selalu
wajahwajah cemas dan gelap
berbaris diantara garisgaris
redup dan resah menggelisah
semakin basah rindu menggenangi diri
itukah wajahku
arsiran belum sempurna
mengapa kau merindukan seseorang hai pengelana?
bukankah ini dunia yang luas, namun satu saja yang terpaut, jawabku
benar, dia semakin akrab dimalammalam sunyiku
sepenuh dan sebesar apa gunung, tetap saja wajahnya lebih mempesona mata dan pikiran
duh, bait manalagi yang harus kurapikan
yang kemudian kubuang siasia diujung pisau
Jakal KM 14 Jogja, 25 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/wajahmu-menggelisahkan-hati.html
22 Mei 2012
- 16.33.00
- Unknown
- No comments
Mimpi yang Tersembunyi
biru dan putih memekar
di beranda hati
membawa rindu dan sunyi
lubuk yang dalam
dalam ruang dimana kita membereskan beberapa sajak
kemudian ada sepotong cahaya melingkari tubuh
o itu adalah butiran sajak putih
yang mengental dan memantul dari pujangga lama
tercenung memikirkan nasib
puisi yang terpenggal kini
aduhai, mataku hilang sebelah
kemana mencari dan mengapa
ada butiran debu yang menempel satunya
aku mengalah
aku kalah
diantara ikanikan di kolam
saling bersaing memperebutkan umpan atau makanan
tubuhku juga kalam
gelisah yang membeku biru dan tenggelam
entah mengapa, wajahmu memenuhi kepala dan ingatanku
apakah kiranya itu aku juga dalam mimpimimpi yang kau ceritakan
tiga malam dalam wajah yang sama
oh katakan saja, jangan buat penasaran diriku
pada akhirnya aku mengalah
dan benarbenar kalah
Jakal KM 14 Jogja, 22 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/mimpi-yang-tersembunyi.html
21 Mei 2012
- 20.02.00
- Unknown
- No comments
Harapan Sunyi
namun rindu masih menempel erat dalam lingkar sunyi
di pelupuk hati
dan kemudian hening tak bersisa
hanya bayang samar wajahmu
kuraut sepucuk rona
warnawarna pelangi yang memudar
ada kalanya hitam terarsir manis
dalam cangkircangkir kopi
masih saja bercerita tentang hangat kopi
mengepul asap
lariklarik makin tersusun
bait hujan, rindu dan kopi
dimana lagi harus kusimpan resah gelisah
kekwatiran melanda
musim hujan kapan datang lagi, hujan masa depan
bersemi dan bertunas namanama baru
dalam ruang dan dunia "kita"
kuharap tak sekedar teman dalam ruang ini
masih saja ada harapan untuk memulai kehidupan baru
dirimu yang kutuju
berkenanlah hadir dan menyesap rindu ini
Jakal KM 14 Jogja, 21 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
09 Mei 2012
- 20.59.00
- Unknown
- No comments
Battle Poetry: Di Mimpiku
terbiar lirih menyebut tentang engkau
dan hari adalah rentang yang tak henti kututupi
kadang sengaja kulupa supaya tak lama
matahari terbit di timur lagi
pada pagi kubuka jendela
kutanya bagaimana engkau lewati malammu
aku masih sama seperti tadi
tentangmu di mimpiku
Batavia, 100512
mimpi beku
jadi tentang dingin rindu
yang
ketika kau buka pintu
udara berhembus sejuk
di dadaku
dan
pula kisah semalam
ada geletar darah yang menggebu
ini makin membunuhku
rindu pilu
Ruang Maya, 10 Juni 2012
*) Sinyo April (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
Puisi diambil dari sini.
08 Mei 2012
- 18.13.00
- Unknown
- No comments
(Battle Poetry) Dibawah Pendar Bulan
angin merenda bisik jangkrik.
di papan jati hitam. ibu suri tengah berpakai tikai
oh, mata siapa yang pandang memandang?
seperti gemuruh badai
keidakkaruan suasana
ada bercak darah di lantai
bekas pemotongan puisi
mati bersimbah duka
Ruang Maya, 08 Mei 2012
*) Refila Yusra (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/battle-poetry-dibawah-pendar-bulan.html
- 15.13.00
- Unknown
- No comments
Bunyi dan Rindu
memanggil hatiku
ada ruang sunyi
bertumbuh rindu
di dada
segumpal asap
mengepulkan awan putih
seputih kapas
air gemericik
mengalir danau hati
dalam diam ada geletar sampai pada mata
hatimu jua terpaut
dalamdalam
dalam sunyi
ku
rinduku
bersemayam seperti seorang raja
di kahyangan
kekalkah nanti
aku memlih bersembunyi diri
kusembunyikan segala rindu yang pernah tumbuh pula
dihati yang tercabik
ada bunyi pula
menggeleparkan nadi
gemuruhnya
seperti badai pasir besar
di kamar sunyi
sendirian terkapar
dan
terbakar
Jakal KM 14 Jogja, 08 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/bunyi-dan-rindu.html
03 Mei 2012
- 11.26.00
- Unknown
- No comments
(Battle Fiksimini) Putri Mimpi
* * *
* * *
Bukan dia yang membikin, si penjaga itu! Oleh sebab keserakahan masing-masing kita. iyakah? Sang penjaga hanya menjalankan titah sang gelap. Putra kegelapan ketika kita memejamkan mata.
Tidak, kupikir kamu akan tahu suatu saat nanti. Bila tiba waktunya kau akan tahu sendirilah. Perihal apa dalam pertunjukan nanti. Ada banyak hal yang harus kusimpan dan kupelajari sendiri dulu. Kau tidak bolehlah tahu dahulu. Itu bisa celaka. Langit murka dan menurunkan panah-panah hitam seperti ijuk yang marah pada bumi. Melesat cepat bak peluru menghujam tanah.
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/battle-fiksimini-putri-mimpi.html
01 Mei 2012
- 14.19.00
- Unknown
- No comments
Mementaskan Sendiri
ada kalanya gairah menyergap tubuh
ditimpuh kepingkeping sunyi
dan dikebiri sendiri
ia menarinari mementaskan perjalanan jauh
seorang gelisah berdandan ala petruk
sebab ruh tubuh telah menjauh pula
pada Ruh Sejati
dimana ia akan mencarinya
oleh hujan akan berkelana sedapatnya
kemana kaki menghentak
kemana angin berhibak
ketika malam hendak lari
ia menjumpai aura sebelum mati
sempat bercakap mengenai materi dan dunia
apakah pantas ia raih atau tinggalkan
dunia dongeng dan dunia mimpi
sepertinya ia hanya sanggup mengeja huruf orang lain
sebab tak mampu ia memetakan hidupnya sendiri
terlalu lama berasyik diri membuat matahari terlalu cepat berlari
menuju ruang dan dimensi lain
akankah ada teman bernama setia
kemana dan bagaimana malam berteduh
o, dia tersenyum sendiri
menyaksikan tubuhnya babak belur dihajar gada malaikat
Jakal KM 14 Jogja, 01 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/mementaskan-sendiri.html
- 14.14.00
- Unknown
- No comments
Melati Sunyi
di ruang kelana
beranda patah yang terjaga
romantika sepasang kekasih
berjelaga kian muram
ditepi hati yang bersemi
rerintik hujan membawa beberapa larik rindu
pada tebal bibir seorang pemanggul kata
ia taburka sedikit kisah pada hidupnya
melati sunyi yang ranum
wajahnya mengental dalam hati
sekian waktu berapa lama ia akan terjaga
menjaga yang ia cinta
duhai pemanggul kata
ikhlaslah memelukku erat
dalam pertapaan rona jingga
yang kian berat kala matahari berpendar cahya
yang sunyi beralamat pada hati seorang saja
dia
melati sunyi yang kurindu dan kunantikan suatu saat
Karanganyar Solo, 30 April 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/04/melati-sunyi.html
10 April 2012
- 18.51.00
- Unknown
- No comments
Dari para penulis sukses kita belajar betapa pentingnya menjaga konsistensi dalam penulisan. Konsistensi ini sangat menentukan keberhasilan seseorang berkarier dalam dunia tulis-menulis. Kendati banyak orang yang paham betapa pentingnya konsistensi dalam penulisan, tapi tak banyak yang berhasil mempertahankannya. Banyak kendala dalam perjalanan menyebabkan sang calon penulis sukses urung melanjutkan langkahnya. Dia memilih untuk berhenti karena merasa melakukan sesuatu yang sia-sia, bahkan merasa tidak berbakat sama sekali.
Begitulah kisah para calon penulis yang memilih off daripada melanjutkan mengayuh dayung mencapai pulau tujuan: menjadi penulis yang berhasil. Sebenarnya manusiawi saja kalau orang membatalkan niatnya untuk menjadi penulis, toh masih ada banyak profesi lain yang bisa digeluti dan cukup menjanjikan. Akan tetapi, bagaimana jika tarikan keinginan untuk menulis itu selalu datang dan memanggil-manggilnya untuk kembali menulis? Tapi, apa daya, tarikan itu tak mampu menggoyahkan niatnya untuk kembali. Ia suntuk dengan profesi lain, padahal ruh-jiwanya ada pada dunia penulisan.
Persoalan yang acapkali menjadi kendala dalam penulisan adalah kehilangan semangat menulis saat menempuh perjalanan panjang yang melelahkan. Dalam perjalanan itu, godaan untuk pergi dari dunia penulisan selalu saja ada. Godaan untuk lepas dari komitmen untuk menjadi penulis bisa hadir kapan saja. Bagi sebagian orang, akan memilih keluar saja dan mengikuti niat atau profesi barunya itu. Bagi sebagian lain, memilih tidak mempedulikan godaan itu. Ia tetap konsisten menulis karena ia menanamkan komitmen untuk menjadi penulis yang berhasil kelak.
Nah, beberapa hal yang bisa menyemangati kita untuk menjaga dan merawat semangat menulis, diantaranya, pertama, jadikan pekerjaan menulis sebagai arena pengabdian. Dengan menjadikannya sebagai arena pengabdian, maka kita akan lebih kuat bertahan dari godaan untuk keluar dalam lingkaran penulisan. Kedua, jadikan menulis sebagai wujud ibadah. Orang memilih banyak cara untuk beribadah dengan menekuni bermacam-macam kegiatan. Kita yang suka menulis, seyogianya menjadikan kegiatan menulis sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan, wujud amal-bakti dan sebagai bukti bakti kita kepada Tuhan dan sesama.
Ketiga, jadikan kegiatan menulis sebagai medan perjuangan untuk mencapai visi hidup. Misalkan, visi hidup kita adalah untuk turut mencerdaskan masyarakat Indonesia, maka patri-lah visi itu di dalam benak dan wujudkan ke dalam karya nyata. Misalkan, visi hidup kita adalah untuk menjadi penulis profesional, ukir-lah itu di dalam hati dan segera membuatnya menjadi kenyataan. Ini tantangan! Beranikah kita menyambutnya?
Salam menulis.
( I Ketut Suweca, 1 April 2012).
http://edukasi.kompasiana.com/2012/04/01/merawat-semangat-menulis/
- 16.40.00
- Unknown
- No comments
Ada orang yang enggan menulis hanya karena rasa khawatir. Ia khawatir kalau artikel yang dihasilkannya bakal tidak sempurna. Dia membayangkan betapa ia akan merasa sangat malu kalau ketahuan bahwa dirinya tak bisa diandalkan. Apa yang akan dikatakannya kepada para sahabat kalau ternyata artikelnya ditolak redaksi? Di mana ditaruh mukanya kalau ternyata artikelnya jelek?
Dia sesungguhnya orang yang sangat berpendidikan, memiliki ilmu lebih dari cukup untuk dibagikan. Tapi, karena dibayangi kekhawatiran seperti tadi, maka dia putuskan untuk menghindari ajakan menulis di media massa. Orang seperti ini nyata ada, bukan mengada-ada.
Manusia tak ada yang sempurna. Hanya Sang Pencipta yang sempurna. Karena manusia sendiri tak sempurna, maka hasil karyanya pun tentu ada cacat-celanya. Seharusnya, manusia tak perlu khawatir dengan ketidaksempurnaan yang melekat pada dirinya. Ia tak sendiri! Semua manusia memiliki ketidaksempurnaan itu.
Dalam hal berkarya, yang terpenting adalah berusaha untuk menghasilkan sebuah karya yang terbaik yang kita bisa, bukan berharap karya yang sempurna. Karya yang terbaik adalah karya yang dikerjakan secara total dengan sumber daya yang ada. Walau hasilnya jauh dari sempurna, tak mengapa. Yang penting, sudah dikerjakan sebaik mungkin, tidak setengah-setengah atau sekadar membuat. Seyogianya itulah prinsip yang kita pegang dalam menulis, bahkan dalam mengerjakan tugas apapun dalam kehidupan ini.
Adalah hal yang normal dan wajar kalau sebuah karya memiliki kekurangan di sana-sini. Walau pun sebuah artikel sudah dikerjakan dengan sebaik-baiknya, tapi tetap saja masih ada kekurangannya. Tulisan saya ini dan tulisan-tulisan saya sebelumnya jauh dari sempurna. Kalau tidak analisisnya dangkal, pasti referensinya kurang. Kalau tidak referensinya kurang, pasti sepi dari data pendukung. Kalau tidak sepi dari data pendukung, pasti ada saja kesalahan ketik. Sejatinya, saya sudah berusaha menyusun dengan kemampuan yang ada, tapi begitu dipublikasikan, eh, ternyata masih juga ada beberapa kesalahan dan kekurangan.
Kalau demikian halnya, mengapa menolak berkarya hanya karena khawatir hasilnya nggak baik? Takut diledek teman, takut dicemooh, takut dicibir, ditolak atau sejenisnya!? Daripada membiarkan diri diliputi kekhawatiran yang tak masuk akal semacam itu, lebih baik segera saja menulis. Menulis dengan sebaik-baiknya dan mengirimkannya ke koran, majalah, atau ke media lain. Melakukannya dengan ringan dan lepas. Tidak lagi menjadikannya beban, sehingga bisa merasakan getar pesonanya saat menjalani prosesnya.
Selamat menulis.
( I Ketut Suweca , 27 Desember 2011).
http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/27/enggan-menulis-karena-khawatir-hasilnya-tak-sempurna/
07 April 2012
- 17.40.00
- Unknown
- No comments
(Fiksimini) Suara Itu Menakutiku
06 April 2012
- 02.48.00
- Unknown
- No comments
05 April 2012
- 20.41.00
- Unknown
- No comments
Dirimu Satu
sebab itu aku tak mampu
menjadi seperti yang kau mau
dirimu satu
sebab itu aku berharap
hanya yang bertangan kuat saja yang bertahan
memapah duka dan tawamu
Jakal KM 14 Jogjakarta, 06 April 2012
*) Ekohm Abiyasa
- 20.16.00
- Unknown
- No comments
"Yang Merindukan Adinda"
memiliki senyummu membuat diri bingung
sebab apa aku tak tahu
bolehkah aku meminjam cintamu sejenak saja
ketika bara api datang diujung hari
aku berlindung dibalik panasnya
dan harihari terasa sulit kulalui
seekor burung elang memagut bayangmu
aku halau
tapi rinduku patah
rindu yang bersemayam cukup lama
apa kau tahu itu? aku bingung
kenapa musim cepat berlalu
sedang kita hanya berilusi saja
cinta didunia maya, alam maya
bilakah aku harus memungut sisasisa cinta dan rindu sendirian
sebab telah kau dapatkan yang kau inginkan
aku sih tidak hirau semua itu
aku cukup berpuas saja
sebab cinta memang tidak harus saling memiliki
yang kuingin senyummu tetap ada
dan kita saling mengayunkan katakata dalam kolong langit
melemparkan beribuibu huruf
dan memikul sunyi bersama
itu saja
aku tidak bertanam terlalu harap
pada tunas yang tumbuh menjadi buah dan akar yang kuat
hidup hanya rebah
sebentar dia akan berganti topeng dan warna
udara malam ini terlalu sengat
mempunyai arti ada kekecewaan disana
kalau saja aku hanyalah garam yang terbuang atau seekor lalat
yang hanya menjadi sampah atau penghias mata
sebentar, aku hanya ingin senyum itu tetap ada
maukah kamu memaafkan kelancangan dan gurauan yang menusuk
ah tidak perlu kiranya
kukira hatimu juga tahu, hatiku hatimu
adalah satu
aduh, kepala pening
hentikan omong kosong ini
aku ingin beranjak pada malam paling hening
menabur garam diatas perih
yang kudengar, sesuara lembut memanggilmanggil namaku dan katakata romantik
duh, jiwa terbawa arus kebawah
dibawa bayang jahat pulang ke kandang
habitat manusia kerdil dan jinjin bersemayam
yang kudengar lagi, sesuara mengigau sepertinya
sebuah nama, sebuah rindu yang akut
ada tangan mengukir namanya pula
aku pinjam belati
aku ingin juga menamai batu itu, Sentayu
dalamdalam
semerbak wangi bunga melati
dan darahku menjadi tali yang mengikat pintupintu rindu
dibalik batu itu tertanda "Yang Merindukan Adinda"
Jakal KM 14 Jogjakarta, 06 April 2012
Tepat habis jam 12 malam
*) Ekohm Abiyasa
03 April 2012
- 14.29.00
- Unknown
- No comments
(Cerpen) Kisah Tukang Sol
Malam telah menyeret kami beradu dingin. Pukul 9 malam yang tertera pada jam dinding. Kami masih asyik betukar pikiran. Bercerita mengenai diri masing-masing.
- 02.40.00
- Unknown
- No comments
Bualan Para Pembelot
tiba saatnya berpulang
pada jalanjalan terang
menghilang bersama tautan sinar mentari
berjalan lagi
instropeksi diri
mengulam hari berdikari
terik di siang
membakar kulit
berdiri makin terkapar
ikanikan yang lapar
menjulur lidah pembelot
melihat tontonan sampah para elit yang berunding alot
petang terbentang
dibelantara depan
melangkah lagi, dipenghujung hari yang tiada berkesampaian
setiup lilin membakar diri
serupa air menempa bebatuan
lamalama mati sendiri
tenggelam lagi diruang sunyi tempat merayakan kemunafikan
dan sehelai kain yang menempel, membuncah birahi para pembelot
ia meyakini kebeneran diri
sedang diluar sana ada lebih banyak kepala menempel pendapat masingmasing
mengotot dan melotot
mempertahankan eksistensi
suarasuara gaduh
membungkam relung kita, kapan sandiwara ini berakhir?
Jakal KM 14 Jogjakarta, 03 April 2012
*) Ekohm Abiyasa
01 April 2012
- 02.11.00
- Unknown
- No comments
Chapter 9: Mencatat Huruf
28 Maret 2012
- 13.00.00
- Unknown
- No comments
Mengenang seniman Murtidjono
http://obyektif.com/sastrabudaya/read/mengenang_seniman_murtidjono
27 Maret 2012
- 12.23.00
- Unknown
- No comments
Merapu Sunyi
- Maukuf: iman yang tidak diterima, seperti halnya orang munafik yang imannya baru dapat diterima jika kemunafikannya telah hilang;
- Merapu: memunguti (barang-barang yang terbuang atau tidak berguna); meminta sedekah;
- Berukup: mengasapi diri dengan membakar setanggi, kemenyan, dsb; sudah diasapi dengan ukup;
- Menyegel: membubuhkan meterai; membubuhkan cap (dengan lak dsb) pada surat rahasia; menutup rumah (bangunan, barang, dsb) yang disita dengan menempelkan segel pada pintu dsb;
- Maserasi: pelunakan suatu benda karena suatu cairan; pelunakan jaringan karena terendam dalam cairan, terutama cairan asam, sehingga jaringan pengikat melarut dan bagian jaringan dapat dipisahkan (dalam histologi); perubahan degenerasi yang menyebabkan perubahan warna, pelunakan jaringan, disintegrasi janin yang masih dalam rahim setelah mati (dalam obstetri);
- Mencaduk: mengangkat atau menaikkan (kepala, ujung belalai, dsb);
- Sampaian: gantungan; sampiran;
- Pondik: sombong;
- Tingkar: me.ning.kar v mengepung (musuh, penjahat, dsb); mengelilingi;
- Modular: bersifat standar;
- Cengkiak: semut yang besar dan hitam warnanya;
26 Maret 2012
- 21.54.00
- Unknown
- No comments
Visit http://serampaikata.blogspot.com
Link serupa disini.
Yang dua kumpulan puisi malah ilang.Padahal udah jadi .pdf. Hiks
23 Maret 2012
- 06.18.00
- Unknown
- No comments