31 Mei 2012
30 Mei 2012
- 17.44.00
- Unknown
- No comments
Setiaku Bertali Rindu
semakin habis jinggaku
semakin terasa detikdetik luka yang menganga pada sekujur jiwa
semakin mendera apa yang kuliat dan kurasa
kuncup bunga tak lagi bermekaran
di pekarangan yang kujaga
selalu bergelombang melambai matahari
meminta hujan
merindu tarian senyum yang engkau tawarkan
namun semakin sesak dada ini
dimana lagi kuncup bunga bermekar
dimana lagi kucari senja yang membakar
kopikopi masih setia
untuk dijadikan bumbu cumbu luka
semakin tangis dagingku
semakin gerilya mendung lamat mencari celah dahaga
semaku kuresapkan diri pada kerasnya perburuan jelaga
mekarlah kau bunga
meski tiada lagi senyum untuk diri
ada hal lain yang mungkin engkau inginkan
segeralah bertunas menjadi bintang di cakrawala kata
meski pula tiada kehadiran sosok diri
ada hal lain memang yang memang harus kau inginkan
dan harihari makin kusesap mendalam
kian mengharukan dan gelisah tak tertahan
semoga hanya kiasan saja dalam perjalanan
setiaku bertali rindu padamu, semoga tidak engkau lupakan
kepingan biarlah menjadi satuan dalam perjalanan panjang
Jakal KM 14 Jogja, 30 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/setiaku-bertali-rindu.html
semakin terasa detikdetik luka yang menganga pada sekujur jiwa
semakin mendera apa yang kuliat dan kurasa
kuncup bunga tak lagi bermekaran
di pekarangan yang kujaga
selalu bergelombang melambai matahari
meminta hujan
merindu tarian senyum yang engkau tawarkan
namun semakin sesak dada ini
dimana lagi kuncup bunga bermekar
dimana lagi kucari senja yang membakar
kopikopi masih setia
untuk dijadikan bumbu cumbu luka
semakin tangis dagingku
semakin gerilya mendung lamat mencari celah dahaga
semaku kuresapkan diri pada kerasnya perburuan jelaga
mekarlah kau bunga
meski tiada lagi senyum untuk diri
ada hal lain yang mungkin engkau inginkan
segeralah bertunas menjadi bintang di cakrawala kata
meski pula tiada kehadiran sosok diri
ada hal lain memang yang memang harus kau inginkan
dan harihari makin kusesap mendalam
kian mengharukan dan gelisah tak tertahan
semoga hanya kiasan saja dalam perjalanan
setiaku bertali rindu padamu, semoga tidak engkau lupakan
kepingan biarlah menjadi satuan dalam perjalanan panjang
Jakal KM 14 Jogja, 30 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/setiaku-bertali-rindu.html
29 Mei 2012
- 12.47.00
- Unknown
- No comments
Hati dan Belati
dia
dia
sudah sempurna
dan tidak pantas pada kesendirian
mengalah aku
pada waras embun pagi yang tetap tegar berdiri
dia
dia
begitu sempurna
dan tidak boleh terluka pada kecacatan
pada hitam tiada tahu kapan bersinar seperti yang diingini
menginginkan hati
soresore begini
pada wajah berpola misteri
dan hati
di mana kau sembunyikan rindu pagi
menginginkan belati
soresore begini
pada hujan lama sekali
tiba di garis bujur jemari
kemana hai kemana lagi kau pijakkan mentari
Jakal KM 14 Jogja, 29 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/hati-dan-belati.html
dia
sudah sempurna
dan tidak pantas pada kesendirian
mengalah aku
pada waras embun pagi yang tetap tegar berdiri
dia
dia
begitu sempurna
dan tidak boleh terluka pada kecacatan
pada hitam tiada tahu kapan bersinar seperti yang diingini
menginginkan hati
soresore begini
pada wajah berpola misteri
dan hati
di mana kau sembunyikan rindu pagi
menginginkan belati
soresore begini
pada hujan lama sekali
tiba di garis bujur jemari
kemana hai kemana lagi kau pijakkan mentari
Jakal KM 14 Jogja, 29 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/hati-dan-belati.html
28 Mei 2012
- 22.40.00
- Unknown
- No comments
Darting Serpent
ketidakberdayaan yang ada
semakin membuat lunglai
darting serpent menikam katakata
dan mati perlahan
ada semacam gurat samar
diberanda yang tercemar
sungguh tidak ingin kehilangan tenaga
bilamana harus kudekap sendiri sisasisa rindu berkeping
racunnya menyerap kata
racunnya menyerap luka
biar subuh nanti menguap sendiri
embun adalah teman yang baik selama ini
dan mentari menghangatkan tenaga yang terluka
masih bertahan dengan segala keangkuhan
Jakal KM 14 Jogja, 29 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
* Pada sebuah dini hari yang dingin. Habis cerita atau semakin membuatku tertantang untuk mendapatkan sumber insiprasi yang baru. Semoga angin masih berhembus. Aku masih bernapas.
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/darting-serpent.html
- 20.50.00
- Unknown
- No comments
O, Luka
awan biru menderu
o, kiranya bukan tentang luka
dan temaram sunyi lagi
sekedar memancing katakata keluar
dari mulut yang terbakar
awan biru menggumpal
o, luka
derai wajah yang mungkin lama terhapus
dari memori yang hangus
terbakar amarah seorang pengelana
Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/o-luka.html
di kepalaku
dan mendayu
seperti pantai
di pelupuk hatimuyang mengombakkan rindu
dan
hatiku
o, kiranya bukan tentang luka
dan temaram sunyi lagi
sekedar memancing katakata keluar
dari mulut yang terbakar
awan biru menggumpal
didadaku
dan mempermainkan
sesukanyakelebat wajah dan rindu
yang mengapung pula
didasar hatitak menjadikan cinta yang sempurna
untukku?
o, luka
derai wajah yang mungkin lama terhapus
dari memori yang hangus
terbakar amarah seorang pengelana
Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/o-luka.html
- 19.50.00
- Unknown
- No comments
Sebuah Perjalanan
hanya titiktitik kosong dijiwa
kemudian makin lenyap dimalam sunyi
duh, kemana sisa rindu itu
tangkai bunga melayu dan merapuh lebih dulu
tercekat sendiri
menilik dan menghitunghitung garis
sebab ada halhal mengacaukan pikiran ini
namun masih ada sisasisa ruang untuk memungut kenangan manis
meski pula engkau memilih jalan sendiri
tak mengapa, ada banyak hal yang bisa dipetik
sebab pula garis memang berbeda yang kita jalani
ada halhal yang lebih penting dari sekedar urusan cinta yang pelik
so, the journey's still continues..
Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/sebuah-perjalanan.html
kemudian makin lenyap dimalam sunyi
duh, kemana sisa rindu itu
tangkai bunga melayu dan merapuh lebih dulu
tercekat sendiri
menilik dan menghitunghitung garis
sebab ada halhal mengacaukan pikiran ini
namun masih ada sisasisa ruang untuk memungut kenangan manis
meski pula engkau memilih jalan sendiri
tak mengapa, ada banyak hal yang bisa dipetik
sebab pula garis memang berbeda yang kita jalani
ada halhal yang lebih penting dari sekedar urusan cinta yang pelik
so, the journey's still continues..
Jakal KM 14 Jogja, 28 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/sebuah-perjalanan.html
25 Mei 2012
- 17.03.00
- Unknown
- No comments
Wajahmu Menggelisahkan Hati
wajah mengalihkan mata
bersemayam kalbu hijau seperti rumput liar
di semak belukar
semakin subur dan mekar
hujan mengecatnya
itukah wajahmu
sendu biru di rona batas
bulir rindu mengampas
namun terparkir di hati selalu
wajahwajah cemas dan gelap
berbaris diantara garisgaris
redup dan resah menggelisah
semakin basah rindu menggenangi diri
itukah wajahku
arsiran belum sempurna
mengapa kau merindukan seseorang hai pengelana?
bukankah ini dunia yang luas, namun satu saja yang terpaut, jawabku
benar, dia semakin akrab dimalammalam sunyiku
sepenuh dan sebesar apa gunung, tetap saja wajahnya lebih mempesona mata dan pikiran
duh, bait manalagi yang harus kurapikan
yang kemudian kubuang siasia diujung pisau
Jakal KM 14 Jogja, 25 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/wajahmu-menggelisahkan-hati.html
bersemayam kalbu hijau seperti rumput liar
di semak belukar
semakin subur dan mekar
hujan mengecatnya
itukah wajahmu
sendu biru di rona batas
bulir rindu mengampas
namun terparkir di hati selalu
wajahwajah cemas dan gelap
berbaris diantara garisgaris
redup dan resah menggelisah
semakin basah rindu menggenangi diri
itukah wajahku
arsiran belum sempurna
mengapa kau merindukan seseorang hai pengelana?
bukankah ini dunia yang luas, namun satu saja yang terpaut, jawabku
benar, dia semakin akrab dimalammalam sunyiku
sepenuh dan sebesar apa gunung, tetap saja wajahnya lebih mempesona mata dan pikiran
duh, bait manalagi yang harus kurapikan
yang kemudian kubuang siasia diujung pisau
Jakal KM 14 Jogja, 25 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/wajahmu-menggelisahkan-hati.html
22 Mei 2012
- 16.33.00
- Unknown
- No comments
Mimpi yang Tersembunyi
biru dan putih memekar
di beranda hati
membawa rindu dan sunyi
lubuk yang dalam
dalam ruang dimana kita membereskan beberapa sajak
kemudian ada sepotong cahaya melingkari tubuh
o itu adalah butiran sajak putih
yang mengental dan memantul dari pujangga lama
tercenung memikirkan nasib
puisi yang terpenggal kini
aduhai, mataku hilang sebelah
kemana mencari dan mengapa
ada butiran debu yang menempel satunya
aku mengalah
aku kalah
diantara ikanikan di kolam
saling bersaing memperebutkan umpan atau makanan
tubuhku juga kalam
gelisah yang membeku biru dan tenggelam
entah mengapa, wajahmu memenuhi kepala dan ingatanku
apakah kiranya itu aku juga dalam mimpimimpi yang kau ceritakan
tiga malam dalam wajah yang sama
oh katakan saja, jangan buat penasaran diriku
pada akhirnya aku mengalah
dan benarbenar kalah
Jakal KM 14 Jogja, 22 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/mimpi-yang-tersembunyi.html
21 Mei 2012
- 20.02.00
- Unknown
- No comments
Harapan Sunyi
hujan berkesudahan
namun rindu masih menempel erat dalam lingkar sunyi
di pelupuk hati
dan kemudian hening tak bersisa
hanya bayang samar wajahmu
kuraut sepucuk rona
warnawarna pelangi yang memudar
ada kalanya hitam terarsir manis
dalam cangkircangkir kopi
masih saja bercerita tentang hangat kopi
mengepul asap
lariklarik makin tersusun
bait hujan, rindu dan kopi
dimana lagi harus kusimpan resah gelisah
kekwatiran melanda
musim hujan kapan datang lagi, hujan masa depan
bersemi dan bertunas namanama baru
dalam ruang dan dunia "kita"
kuharap tak sekedar teman dalam ruang ini
masih saja ada harapan untuk memulai kehidupan baru
dirimu yang kutuju
berkenanlah hadir dan menyesap rindu ini
Jakal KM 14 Jogja, 21 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
namun rindu masih menempel erat dalam lingkar sunyi
di pelupuk hati
dan kemudian hening tak bersisa
hanya bayang samar wajahmu
kuraut sepucuk rona
warnawarna pelangi yang memudar
ada kalanya hitam terarsir manis
dalam cangkircangkir kopi
masih saja bercerita tentang hangat kopi
mengepul asap
lariklarik makin tersusun
bait hujan, rindu dan kopi
dimana lagi harus kusimpan resah gelisah
kekwatiran melanda
musim hujan kapan datang lagi, hujan masa depan
bersemi dan bertunas namanama baru
dalam ruang dan dunia "kita"
kuharap tak sekedar teman dalam ruang ini
masih saja ada harapan untuk memulai kehidupan baru
dirimu yang kutuju
berkenanlah hadir dan menyesap rindu ini
Jakal KM 14 Jogja, 21 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
09 Mei 2012
- 20.59.00
- Unknown
- No comments
Battle Poetry: Di Mimpiku
semacam rindu yang kugores pada dinding sepi
terbiar lirih menyebut tentang engkau
dan hari adalah rentang yang tak henti kututupi
kadang sengaja kulupa supaya tak lama
matahari terbit di timur lagi
pada pagi kubuka jendela
kutanya bagaimana engkau lewati malammu
aku masih sama seperti tadi
tentangmu di mimpiku
Batavia, 100512
mimpi beku
jadi tentang dingin rindu
yang
ketika kau buka pintu
udara berhembus sejuk
di dadaku
dan
pula kisah semalam
ada geletar darah yang menggebu
ini makin membunuhku
rindu pilu
Ruang Maya, 10 Juni 2012
*) Sinyo April (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
Puisi diambil dari sini.
terbiar lirih menyebut tentang engkau
dan hari adalah rentang yang tak henti kututupi
kadang sengaja kulupa supaya tak lama
matahari terbit di timur lagi
pada pagi kubuka jendela
kutanya bagaimana engkau lewati malammu
aku masih sama seperti tadi
tentangmu di mimpiku
Batavia, 100512
mimpi beku
jadi tentang dingin rindu
yang
ketika kau buka pintu
udara berhembus sejuk
di dadaku
dan
pula kisah semalam
ada geletar darah yang menggebu
ini makin membunuhku
rindu pilu
Ruang Maya, 10 Juni 2012
*) Sinyo April (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
Puisi diambil dari sini.
08 Mei 2012
- 18.13.00
- Unknown
- No comments
(Battle Poetry) Dibawah Pendar Bulan
di bawah pendar bulan malam ini
angin merenda bisik jangkrik.
di papan jati hitam. ibu suri tengah berpakai tikai
oh, mata siapa yang pandang memandang?
seperti gemuruh badai
keidakkaruan suasana
ada bercak darah di lantai
bekas pemotongan puisi
mati bersimbah duka
Ruang Maya, 08 Mei 2012
*) Refila Yusra (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/battle-poetry-dibawah-pendar-bulan.html
angin merenda bisik jangkrik.
di papan jati hitam. ibu suri tengah berpakai tikai
oh, mata siapa yang pandang memandang?
seperti gemuruh badai
keidakkaruan suasana
ada bercak darah di lantai
bekas pemotongan puisi
mati bersimbah duka
Ruang Maya, 08 Mei 2012
*) Refila Yusra (tegak) - Ekohm Abiyasa (miring)
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/battle-poetry-dibawah-pendar-bulan.html
- 15.13.00
- Unknown
- No comments
Bunyi dan Rindu
ada bunyi
memanggil hatiku
ada ruang sunyi
bertumbuh rindu
di dada
segumpal asap
mengepulkan awan putih
seputih kapas
air gemericik
mengalir danau hati
dalam diam ada geletar sampai pada mata
hatimu jua terpaut
dalamdalam
dalam sunyi
ku
rinduku
bersemayam seperti seorang raja
di kahyangan
kekalkah nanti
aku memlih bersembunyi diri
kusembunyikan segala rindu yang pernah tumbuh pula
dihati yang tercabik
ada bunyi pula
menggeleparkan nadi
gemuruhnya
seperti badai pasir besar
di kamar sunyi
sendirian terkapar
dan
terbakar
Jakal KM 14 Jogja, 08 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/bunyi-dan-rindu.html
memanggil hatiku
ada ruang sunyi
bertumbuh rindu
di dada
segumpal asap
mengepulkan awan putih
seputih kapas
air gemericik
mengalir danau hati
dalam diam ada geletar sampai pada mata
hatimu jua terpaut
dalamdalam
dalam sunyi
ku
rinduku
bersemayam seperti seorang raja
di kahyangan
kekalkah nanti
aku memlih bersembunyi diri
kusembunyikan segala rindu yang pernah tumbuh pula
dihati yang tercabik
ada bunyi pula
menggeleparkan nadi
gemuruhnya
seperti badai pasir besar
di kamar sunyi
sendirian terkapar
dan
terbakar
Jakal KM 14 Jogja, 08 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/bunyi-dan-rindu.html
03 Mei 2012
- 11.26.00
- Unknown
- No comments
(Battle Fiksimini) Putri Mimpi
Disini manusia memiliki nama dan wajah yang serupa. Sssstt.. Kamu tau? Penjaga mimpi sering tertipu. Dia mengira aku akasia padahal akasia itu ada di belakangnya.Hmm..Penjaga itu mulai amnesia! Aku suka memperolokkannya dengan sapu ijuk. Kamu tau ijuk? Itu yang sering di pakai nenek sihir. penjaga mimpi, takut dengan itu. Karna nenek sihir suka lupa pake gigi.
"Oooow..! Aku ngumpet dulu ya. Penjaga mimpi mulai mendekati persembunyianku"
Ssssttt..
* * *
Jadilah putri yang tegar. Kala malam mencekam sunyinya. Datang pula si penjaga.
"Sudah waktunya berbenah!" teriak sang penjaga.
Duh, mana aku lupa menyikat gigi ini.
"Ya, tunggulah sebentar. Ada hal yang harus kupersiapkan sebelum memulai pertunjukkan ini".
Kemudian aku mulai mencari nama-nama yang ada dalam kotak ajaibku. Hahaha.. Ketemu. Aku kegirangan.
"Hm... Kenapa harus dia..??"
* * *
Kamu harus berani mengucap nama itu. Sebab nama adalah sesuatu yang asing disini. Karena asing, jadi itu nilainya jika dibawa ke anak TK 10. Jika ke anak SD 100, dan seterusnya. Nama di sini memang suatu yang menggiurkan. Hanya untuk mendapat nama, anak beranak di sini jadi gila. Dia lupa kalau nama adalah petaka. Oh, pepatah siapa yang membudak..
* * *
Bukan dia yang membikin, si penjaga itu! Oleh sebab keserakahan masing-masing kita. iyakah? Sang penjaga hanya menjalankan titah sang gelap. Putra kegelapan ketika kita memejamkan mata.
Diam-diam kita sering meminjam kosakata asing buat menutupi jejak. Dalam pementasan semu pula melanturkan lelaguan dan bebunyian.
"Awas si nenek sihir datang!".
Kita menyergap pepohonan. Aduh rindangannya.
"Terima kasih pohon, kamu telah menyelamatkan kami".
Aku pikir ini tempat yang bagus buat bermain-main ketika senja tiba.
"Oh ya, namamu siapa pohon?"
* * *
Sssstttt.. Kita jangan sembunyi di bawah pohon itu. Setidaknya jangan akasia. Dia memang rindang seperi Albizia sama yang juga rindang. Tapi ingat, di rindangnya banyak kecoa..Mereka suka anak kecil seperti kita. Nenek sihir juga suka, tapi kecoa lebih beringas..Dia mampu menjadikan alam raya kotor. Bauk!
"Ah, sudahlah..Sebutkan saja siapa namanmu???".
* * *
Tidak, kupikir kamu akan tahu suatu saat nanti. Bila tiba waktunya kau akan tahu sendirilah. Perihal apa dalam pertunjukan nanti. Ada banyak hal yang harus kusimpan dan kupelajari sendiri dulu. Kau tidak bolehlah tahu dahulu. Itu bisa celaka. Langit murka dan menurunkan panah-panah hitam seperti ijuk yang marah pada bumi. Melesat cepat bak peluru menghujam tanah.
"Kau tidak inginkan tanah hijau ini jadi rusak oleh sebab hal-hal kecil yang belum waktunya kau ketahui?".
* * *
"Oya, aku belum bilang padamu kan?".
Bahwa penjaga mimpiku ini wajahnya serupa raksa--mercuri yang teramaaaat putih. Dan mimpi kerap terbohongi, kalo panjaga ini jubahnya bertato akasia. Kau tahu tidak? Di balik jubahnya ada merpati. Banyaak sekali. Pernah aku meminta satu merpati. Tapi dia bilang, "Ini bukan mainanmu, dik!" aku kesal!.
Ruang Maya, 03 Mei 2012
*) Refila Yusra - Ekohm Abiyasa (tebal)
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/battle-fiksimini-putri-mimpi.html
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/battle-fiksimini-putri-mimpi.html
01 Mei 2012
- 14.19.00
- Unknown
- No comments
Mementaskan Sendiri
ketika malam menghampiri
ada kalanya gairah menyergap tubuh
ditimpuh kepingkeping sunyi
dan dikebiri sendiri
ia menarinari mementaskan perjalanan jauh
seorang gelisah berdandan ala petruk
sebab ruh tubuh telah menjauh pula
pada Ruh Sejati
dimana ia akan mencarinya
oleh hujan akan berkelana sedapatnya
kemana kaki menghentak
kemana angin berhibak
ketika malam hendak lari
ia menjumpai aura sebelum mati
sempat bercakap mengenai materi dan dunia
apakah pantas ia raih atau tinggalkan
dunia dongeng dan dunia mimpi
sepertinya ia hanya sanggup mengeja huruf orang lain
sebab tak mampu ia memetakan hidupnya sendiri
terlalu lama berasyik diri membuat matahari terlalu cepat berlari
menuju ruang dan dimensi lain
akankah ada teman bernama setia
kemana dan bagaimana malam berteduh
o, dia tersenyum sendiri
menyaksikan tubuhnya babak belur dihajar gada malaikat
Jakal KM 14 Jogja, 01 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/mementaskan-sendiri.html
ada kalanya gairah menyergap tubuh
ditimpuh kepingkeping sunyi
dan dikebiri sendiri
ia menarinari mementaskan perjalanan jauh
seorang gelisah berdandan ala petruk
sebab ruh tubuh telah menjauh pula
pada Ruh Sejati
dimana ia akan mencarinya
oleh hujan akan berkelana sedapatnya
kemana kaki menghentak
kemana angin berhibak
ketika malam hendak lari
ia menjumpai aura sebelum mati
sempat bercakap mengenai materi dan dunia
apakah pantas ia raih atau tinggalkan
dunia dongeng dan dunia mimpi
sepertinya ia hanya sanggup mengeja huruf orang lain
sebab tak mampu ia memetakan hidupnya sendiri
terlalu lama berasyik diri membuat matahari terlalu cepat berlari
menuju ruang dan dimensi lain
akankah ada teman bernama setia
kemana dan bagaimana malam berteduh
o, dia tersenyum sendiri
menyaksikan tubuhnya babak belur dihajar gada malaikat
Jakal KM 14 Jogja, 01 Mei 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/05/mementaskan-sendiri.html
- 14.14.00
- Unknown
- No comments
Melati Sunyi
semerbak melati sunyi
di ruang kelana
beranda patah yang terjaga
romantika sepasang kekasih
berjelaga kian muram
ditepi hati yang bersemi
rerintik hujan membawa beberapa larik rindu
pada tebal bibir seorang pemanggul kata
ia taburka sedikit kisah pada hidupnya
melati sunyi yang ranum
wajahnya mengental dalam hati
sekian waktu berapa lama ia akan terjaga
menjaga yang ia cinta
duhai pemanggul kata
ikhlaslah memelukku erat
dalam pertapaan rona jingga
yang kian berat kala matahari berpendar cahya
yang sunyi beralamat pada hati seorang saja
dia
melati sunyi yang kurindu dan kunantikan suatu saat
Karanganyar Solo, 30 April 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/04/melati-sunyi.html
di ruang kelana
beranda patah yang terjaga
romantika sepasang kekasih
berjelaga kian muram
ditepi hati yang bersemi
rerintik hujan membawa beberapa larik rindu
pada tebal bibir seorang pemanggul kata
ia taburka sedikit kisah pada hidupnya
melati sunyi yang ranum
wajahnya mengental dalam hati
sekian waktu berapa lama ia akan terjaga
menjaga yang ia cinta
duhai pemanggul kata
ikhlaslah memelukku erat
dalam pertapaan rona jingga
yang kian berat kala matahari berpendar cahya
yang sunyi beralamat pada hati seorang saja
dia
melati sunyi yang kurindu dan kunantikan suatu saat
Karanganyar Solo, 30 April 2012
*) Ekohm Abiyasa
http://serampaikata.blogspot.com/2012/04/melati-sunyi.html
Langganan:
Postingan (Atom)